Suatu pagi,ke majelis Nabi Sulaiman as, yang sedang beradadi gedung pengadilan, masuklah seorang bangsawan,berlari, tergopoh-gopoh.Wajahnya pucat karena sedih,bibirnya membiru.“Sakitkah engkau, Khwajah?”tanya Sang Raja.Ia menjawab, “Ketika
Suatu pagi,ke majelis Nabi Sulaiman as, yang sedang beradadi gedung pengadilan, masuklah seorang bangsawan,berlari, tergopoh-gopoh.Wajahnya pucat karena sedih,bibirnya membiru.“Sakitkah engkau, Khwajah?”tanya Sang Raja.Ia menjawab, “Ketika
Telah beratus kali aku mati,wahai Kekasih;keharumanmu membuatkuselalu bangkit kembali.Telah beratus kali aku kehilangan jiwa,tapi suara-Mu selalu mengembalikanya.Perjanjian diantara kitadi saat yang mendebarkan itu:Kau tetap bersetia,sementara
Muhammad (saw) itu pemberi syafa’atatas segala jenis aib,karena tatapannya tak pernah teralihkan pada hal lain: senantiasa tertujupada wajah Rabb. Di tengah kegelapan malam alam dunia ini,dimana matahari al-Haqq terhijab,dia menatap Rabb,dan meletakkan harapannya kepada-Nya.
Mengapakah jiwa tak terbang mengangkasa, ketika dari Hadirat yang Agung, sebuah ajakan nan ramah: 'Naiklah!' tertuju padanya? Mengapa seekor ikan tak melompat dengan gesit, dari
Penghulu umat manusia, Adam, as: kepadanya Allah mengajarkan nama-nama seluruhnya; dia memiliki ribuan ilmu di setiap pembuluh darahnya. Pada jiwanya terhimpun pengetahuan mengenai nama dari
Wahai Kekasih,manakah yang lebih mempesona,Wajah-Mu atau al-Jannah-Mu ini,yang begini luas.Bercahayalah, wahai rembulanku,Engkaulah inspirasi,bagi semua yang menatap langit malam.Yang asam akan berubah jadi manis.Prasangka diganti dengan
Orang yang tak ditawan oleh Cinta-Nyabagaikan seekor burung tanpa sayap.Apa nilai pemahamannya akan dunia,tanpa mengenal Sang Maha Ilmu?Terikat akan cinta pada dirinya sendiri,dia dengan mudah
Mengapa berbangga-diri dan angkuh?Takkan bisa engkau memikat mataharidengan berselingkuh. [1]Berhentilah berjalandalam bayanganmu sendiri,berkubang dalam pikiranmu yang dungu.Angkat kepalamu, tataplah ke arah matahari, [2]menjelajahlah diantara bebungaan,jadilah
Engkau bagai Langitdan aku seperti Bumi,yang terpesona pada apa-apayang Kau tumbuhkan dalam hatiku.Haus aku, kering bibirku,hanya rahmat-Mu berupa hujanyang dapat mengubah bumi menjadi sebuah taman
Lepaskanlah beban kehidupan ini,agar dapat kukunjungitaman kaum yang shaleh.Lalu, bagai ashabul-kahfi,kutelusuri jalan penuh karuniaketika tak lagi kuterjaga,bukan pula kutertidur.Ku kan berbaring ke sebelah kanan,atau ke
Diberi engkau:dua tangan. dua kaki dan dua mata;tetapi jika yang hatimu dambakan,dan yang Sang Kekasih kehendaki bagimu,dua hal yang berbeda,maka apa manfaatnya itu bagimu? Kau
Ketika Sang Kekasih menjadi sahabat, tempat manapun menjadi bagaikan di langit; dan bukan terbenam ke bumi. Sang Nabi saw, berkata, "Jangan menyangka mi'raj-ku lebih unggul
Wahai sahabat yang berpagi-pagi bangkit, siapakah yang ketika menanti fajar, [1] bertemu kami sedang menari berputar bagaikan atom? Siapakah yang beruntung: yang ketika mencari air
Jika pohon punya sayap atau kaki, tentulah ia bisa bergerak, sehingga tak diterimanya sakit dari mata gergaji atau dari pukulan kampak. Dan jika matahari tak
Sang Musthafa bertutur tentang permohonan Neraka, ketika dengan berendah-hati dia bermohon kepada pemilik iman sejati: "berlalulah dengan cepat, wahai Sang Raja, karena cahayamu telah memadamkan
Sebenarnya, tidak ada pencinta yang mencari penyatuan, tanpa yang-dicintainya mencarinya. Sementara cinta dari sang pencinta membuatnya sekurus tali-busur, maka cinta dari yang dicintai membuatnya indah
Para penempuh Jalan, dimana kalian? Kekasih Tercinta ada disini! [1] Dambaanmu tinggal di ruang sebelah. Sejak awal bertetangga! [2] Mengapa engkau berkelana kesana kemari, menjelajah
Inilah kisah tentang Isa putra Maryam,ketika dia menghindar dari orang-orang dungu,menjauh, hendak mengungsi,ke puncak sebuah gunung.Isa putra Maryam bergegas-cepatmendaki sebuah gunung.Sedemikian bergegas,bagaikan dikejar seekor singa.Seseorang
Ketika kau temui wajah kemarahan, lihatlah ke baliknya, dan akan kau dapati wajah bangga-diri. Injaklah marah dan bangga-diri, jadikan mereka anak-tangga, dan panjatlah, naik. Takkan
Wahai pencari, jangan bersedih jika Yang Tercinta mengusirmu; jika hari ini engkau diusir, itu hanya agar esok Dia memanggilmu. Jika dia menutup pintu untukmu, jangan
Apalah artinya kelimpahan tanpa pengemis?Keramahan tanpa tamu?Jadilah pengemis. Jadilah tamu;Karena kecantikan mencari cermin,Air memanggil pencari yang haus. Putus-asa dan kefakiranadalah ceruk pengikat merah-delima.Kefakiranmu adalah buraqmu,janganlah
Tak mungkin suatu semesta terpisah dari semesta-semesta lainnya. Tidak mungkin basah terpisah dari air, suatu langkah dari gerakan lainnya. Takkan padam nyala api dengan api
Orang yang tak memiliki Kekasih Tercinta bagaikan manusia tanpa kepala. Orang yang kabur dari penjara Cinta bagaikan seekor burung tanpa sayap. Kabar apa yang mungkin
Tengah tercengkeram engkau dalam cakar seekor singa: sahabatku, janganlah kau harapkan kebahagiaan. Hanya kekerasan yang dapat tundukkan musuh tersembunyi dalam dirimu. Tidaklah seorang pembersih yang
Hawa-nafsumu adalah induk segala berhala: berhala jasmaniah itu bagaikan ular, sedangkan berhala batiniah itu bagaikan naga. Hawa nafsu itu bagaikan besi dan batu untuk menghasilkan
Akhirnya, berangkat engkau, bertolak ke alam tak-kasat mata. Sungguh mengagumkan, caramu tinggalkan alam-dunia. Kau kibaskan sayap dan bulumu, kau lepaskan diri dari sangkarmu. Mengangkasa engkau
Engkau niatkan menempuh seratus perjalanan: Dia menarikmu ke tempat lain. Ditariknya tali-kekang kuda ke berbagai arah agar kuda yang belum terlatih menyadari kehadiran penunggang. Kuda
Pada Hari Kebangkitan, al-Haqq akan bertanya: "Telah Kuberikan kesempatan untukmu, apa yang kau bawa untuk-Ku? Dengan amal apakah kau jelang ajalmu? Untuk keperluan apa, makanan
Sang hamba kecintaan makhluk, yang dulu disanjung-puji dunia, kini malah ditalaknya, gerangan apa salahnya? Itu karena dia memakai baju pinjaman, dan lalu bersikap seolah memilikinya.
Keindahan, yang diwarisi manusia dari Adam, yang kepadanya para malaikat bersujud, segera luruh, bagaikan jatuhnya Adam dari al-Jannah. Keindahan menjerit: "Mengapa? Setelah aku cemerlang, kini
Dengarkanlah suara seruling bambu Menyayat rintihannya, lantunkan perihnya perpisahan: "Sejak direnggut aku dari rumpunku dulu, ratapan pedihku telah membuat berlinang air-mata orang. Kuseru mereka yang
Demikian lah keadaan sang pencari yang mendambakan Hadirat Rabb-nya. Ketika Rabb tampil, sang hamba sirna. Walaupun penyatuaan dengan Rabb itu keabadiaan di atas keabadian, tapi
Musa kalimullah as, menegur seseorang; yang sedang mabuk kepayang menyembah anak-sapi emas: “Kemana perginya keraguanmu? Biasanya engkau sangat kritis padaku. Laut Merah membelah. Manna dan